Hari Selasa, tampak seperti biasa. Setelah pulang kuliah, biasa, ku setel televisi untuk melihat beberapa berita. Sedih hati ini, setelah melihat kenyataan bahwa hukum di negeri ini dapat diatur. Polisi, Kejaksaan, bahkan lembaga perlindungan saksi pun ada mafianya. Sampah memang semua!
Di salah satu stasiun televisi, ada yang menampilkan sebuah puisi yang berkaitan dengan apa yang saya kemukakan di paragraf sebelumnya. Negeri para bedebah! Iya, negeri ini sudah menjadi negeri para bedebah! Suatu penilaian secara general akibat ulah beberapa oknum jahat.
Negeri Para Bedebah
by Adhie Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyalaTahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentahDi negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrahMaka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnyaMaka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangansumber : Jakarta Today